Sabtu, 08 Agustus 2009

Seorang profesor berkata pada mahasiswanya: Bila benar Tuhan menciptakan segalanya, maka Dia jugalah yang menciptakan kejahatan.
Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah kejahatan itu ada? Apakah Tuhan menciptakan kejahatan? Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya.”
“Tuhan menciptakan semuanya?” tanya profesor sekali lagi.
“Ya, Pak, semuanya,” kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan.”
Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis profesor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”
“Tentu saja,” jawab si Profesor Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”
“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?” tanya si profesor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.”
Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?”
Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.”
Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?”
Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya iman kepada Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”
Mendengarnya, sang profesor terdiam lama sekali.
Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein. [blogberita.net]

2 Comments:

  1. Samarinda said...
    Benaran kah ceritanya seperti itu...?
    Encourage..!

    Menarik nih, selama ini aku banyak kenal anak Samarinda dan bpp yg ngeblog...eh, ada satu juga blogger Bontang, tapi sekarang blog yg di wp itu sudah dihapusnya....
    Terima kasih dah mampir dan berkomentar...Kita tukeran link yaaa...Link nya dah kupasang...
    Kebunsaida said...
    Wooooow..........
    Good Post.....!!!
    Ada dan tiada hanyalah persepsi kita saja, yang kita bilang ada dan tiada hanyalah kesepakatan kolektif , ada dan tiada adanya tergantung dari isi didalam otak kita.
    Bila kita melihat bunga mawar berwarna merah, bukan bunganya yang berwarna merah tapi isi di otak kita mempersepsi itu warnanya merah, karena ada orang yang mempersepsi itu warnanya hitam dan sebagainya.
    Semua yang ada berfungsi untuk keseimbangan, karena ditak ada sesuatu yang Allah ciptakan yang tidak seimbang.
    Kita memukul genting hasil karya kita, bukan berarti kita jahat memecahkan genting, tapi ingin tahu sejauh mana kekuatan yang kita buat.
    Kalau didunia ini tidak ada kejahatan dan sejenisnya, kepada siapa lagi kita mau berdakwah, siapa lagi yang akan kita ajak ke jalan Ilahi Robbi, dari mana lagi kita mau mengambil manfaat pahala sabar, ikhlash,dan yang lainnya.
    Semua ada ... untuk kita
    Sejauh mana kita memahami, mempersepsi, meyakini dan mengamalkan apa yang kita punya.
    Ada dan tiada adalah hakikat kita
    Semoga kita akan menjadi mahasiswa2 seperti diatas, mampu memahami makna ada dan tiada...
    tinggal merelisasikan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan, karena memahami tanpa ada reaksi pengejawantahan, semuanya jadi tak bermakna
    Wallahu'alam
    salam u/ kel.semua dari Tangerang Banten

Post a Comment